Terapung Di 36.000 Detik (Siandau) Oleh Rahma Dina



Siandau pulau kecil diatas permukaan laut yang terletak tepat di desa ligau kecematan sekatak kalimantan utara dengan jumlah ± 22 kepala keluarga. Disinilah 18 anak-anak cerdas indonesia menuntut ilmu, dengan keadaan sekolah yang sangat memperihatinkan. ada satu kelas yang digunakan untuk semua murid mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, karena jumlah siswa yang sedikit dan terkadang berkurang karena banyak yang tidak bersekolah karena membantu orang tuanya bekerja dan berangkat ke tarakan bersama keluarganya. Dengan tiga orang guru yang ditempatkan mengajar di sekolah tersebut. Aktivitas belajar mengajar di sekolah sangat memprihatinkan, anak-anak jarang turun sekolah karena guru yang tidak ada ditambah lagi dengan fasilitas sekolah yang tidak memadai. Dalam sebulan  bisa dikatakan anak-anak ini bisa bersekolah hanya berapa kali saja,  ya kembali lagi karena tidak adanya guru yang mengajar disekolah.  Sebenarnya ini bukan permasalahan yang baru di dunia pendidikan indonesia. Banyak sekolah yang mengalami hal seperti ini, anak malas untuk bersekolah karena guru yang tidak ada dan fasilitas sekolah yang tidak memadai.

Dengan kebiasaan seperti ini hari pertama, sulit rasanya menyesuaikan diri kepada lingkungan yang ada. Jika di luar sana pada umumnya anak-anak datang kesekolah pagi 07.00, disini anak-anak tidak tau  turun jam berapa karena harus kita jemput satu-satu untuk turun bersekolah. Karena sudah terbiasa untuk tidak sekolah dengan alasan guru yang tidak ada disekolah untuk mengajar. Ya.. itulah kebiasaan anak disana. Sulit jelas sulit namun ini tantangan dari pengabdian kami yang harus dijalani. Kita siap menjemput mereka kerumah masing-masing dan bagaimna memberikan kesan pertama yang membuat mereka merasa menyenangkan berada di sekolah. Memberikan  rasa nyaman dengan suasana kelas yang ramai penuh dengan canda tawa dan bermain sambil belajar.

Bersyukur tidak ada usaha yang menghianati hasil, mereka merasa senang dan hari berikutnya kami tidak lagi menjemput mereka untuk ke sekolah, malah terbalik kami yang di jemput meraka jika sudah lambat ke sekolah. Bahagia rasanya ketika mereka tertawa lepas, dan semangat untuk belajar. Walaupun seharusnya mereka mendapatkan pendidikan yang layak sepeti anak-anak yang ada di perkotaan.

Tapi itu  tidak melunturkan semangat anak-anak ini untuk terus belajar. Semangat yang luar biasa yang membuat kami tak lagi mengenal rasa lelah untuk membagi ilmu kepada mereka. Terhitung 10 hari, bersama mereka mengajarkan kami banyak hal tentang berbagi dan merasakan apa yang mereka rasakan. Dengan kondisi lingkungan yang tidak ada listrik, sinyal dan kurangnya air bersih. Pengalaman yang luar biasa yang tidak semua orang di berikan kesempatan untuk merasa kan hal ini. Inilah yang membuat kami  banyak bersykur kepada sang pencipta yang memberikan kami kesempatan untuk menimbah ilmu di sekolah yang nyaman dan fasilitas yang memadai. Walaupun dengan keadaan sekolah yang apa adanya anak-anak ini tidak pernah sedikitpun melihatkan wajah sedihnya. Hanya senyum canda tawa yang selalu mereka perlihatkan, semangat untuk terus belajar dan menggapai cita-cita mereka kelak. Ini pengabdian  pertama kami,  mengajar di atas laut dengan 18 anak yang setiap harinya berubah-ubah jumlahnya.

Pengalaman mengajar di kampung terapung ini akan menjadi pengalaman terindah. Disamping ada kewajiban untuk mengajar anak-anak siandau, kami dimanjakan dengan suasana laut lepas di ujung kampung terapung ini. Disitu lah rasa lelah kami hilang selama seharian full mengajari anak-anak siandau tercinta. Disamping kegiatan mengajar kami juga Menyempatkan diri untuk mendengar keluh kesah orang tua anak-anak tentang pendidikan anaknya di siandau ini. Besar harapan orangtua mereka anaknya dapat lanjut ke jenjangn berikutnya dan mendapatkan perhatian dari pemerintah

Semoga kehadiran kami ini menjadi bagian kecil solusi dari permasalahan yang ada. Dan pada akhirnya dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan, kami harus berpisah dengan anak-anak yang banyak mengajari banyak hal tentang arti hidup. Terima kasih membawa kami terapung sepuluh hari bersama senyum manis kalian dan warga siandau. Semoga apa yang kalian cita-citakan terwujud dan menjadi anak yang cerdas membanggakan bangsa indonesia. Karena mereka, kami ada untuk indonesia!

"MAJU TERUS PENDIDIKAN INDONESIA, SALAM PENDIDIKAN"

Tarakan, 16 februari 2016
Komunitas Jendela Nusantara Kaltara

Posting Komentar

0 Komentar